Aktivitas pemerintahan di Kota Bekasi kembali berjalan usai libur Idul Fitri 1446 Hijriah. Di tengah semangat kembali bekerja, pemerintah kota harus berhadapan dengan satu persoalan krusial, yakni pengangguran. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, tercatat sekitar 104.170 warga atau 7,9 persen dari total populasi Kota Bekasi masih belum memiliki pekerjaan.
Kondisi tersebut memunculkan perhatian dari berbagai kalangan, termasuk DPRD Kota Bekasi. Anggota Komisi III dari Fraksi PKS Muhammad Kamil Syaikhu, menyampaikan keprihatinannya terhadap tingginya angka pengangguran dan menegaskan perlunya pendekatan yang lebih terarah dari pemerintah kota untuk menekan jumlah pengangguran.
“Pemerintah harus memiliki program yang dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan masyarakat, sehingga mereka dapat bersaing di pasar kerja,” ujarnya, dikutip dari akun Instagramnya.
Dalam pandangannya, terdapat sejumlah ide yang bisa diterapkan sebagai langkah konkret untuk mengatasi persoalan ini. Dua di antaranya adalah pengembangan Inkubator Bisnis dan menjalin kemitraan dengan perusahaan-perusahaan. Menurutnya, Inkubator Bisnis berfungsi sebagai wadah untuk mendorong pertumbuhan UMKM di Kota Bekasi, melalui pelatihan, pendampingan, hingga akses terhadap jaringan pasar.
“Kami memiliki beberapa ide untuk atasi pengangguran di Kota Bekasi, antara lain: Inkubator Bisnis dan Kerjasama dengan Perusahaan,” ujarnya.
Adapun kerja sama dengan pihak swasta bertujuan membuka lapangan kerja lebih luas, terutama bagi penduduk dengan identitas Kota Bekasi. “Inkubator Bisnis sendiri berfungsi untuk mendukung pengembangan UMKM di Kota Bekasi, sementara, Kerjasama dengan Perusahaan dimaksudkan untuk meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat ber KTP Kota Bekasi,” terangnya.
Ia juga mendorong Pemerintah Kota Bekasi agar lebih aktif dalam memanfaatkan beragam program bantuan sosial yang ditujukan untuk pengangguran. Target yang ingin dicapai cukup jelas, yaitu menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 7,9 persen menjadi 4,5 persen pada tahun 2025.
Penting pula, menurutnya, untuk menyusun program yang mampu menarik perhatian generasi muda. Kamil menekankan bahwa Gen Z dan kelompok milenial perlu dilibatkan melalui program-program yang sesuai dengan karakter dan harapan mereka terhadap dunia kerja.
“Program-program yang dikembangkan harus dapat memberikan kesempatan kerja yang menarik dan memiliki prospek yang bagus kedepannya, sehingga generasi muda dapat memiliki motivasi untuk bekerja dan meningkatkan perekonomian masyarakat di Kota Bekasi,” pungkasnya.